Yogyakarta – Dosen sekaligus Sekretaris Prodi Studi Agama-Agama (SAA), Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Thiyas Tono Taufiq, S.Th.I., M.Ag., berpartisipasi dalam dua agenda akademik internasional bergengsi di Yogyakarta, yakni Konferensi Internasional & Simposium Nasional ke 13 ASAI (Asosiasi Studi Agama Indonesia) yang mengangkat tema “Religion, Love and Humanity: Transforming the World through Compassion and Empathy”, pada 12-13 Agustus 2025.
Keikutsertaan ini mempertegas komitmen Prodi Studi Agama-Agama UIN Walisongo dalam mengembangkan dialog lintas iman di kancah global. Simposium tahunan ASAI dikenal sebagai ruang pertemuan para akademisi, peneliti, dan aktivis dari bidang Studi Agama. Tahun ini, diskusi berfokus pada bagaimana nilai agama, cinta, dan kemanusiaan dapat menjadi energi transformatif menghadapi tantangan global.
Sejumlah pembicara internasional hadir, di antaranya Prof. Amarjiva Lochan (Vice-President IAHR, University of Delhi), M. Adib Abdushomad, M.Ag., M.Ed., Ph.D. (Kepala PKUB Kemenag RI), dan Prof. Ahmad Muttaqin, M.A., Ph.D. (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta).
Tema yang Relevan dengan Tantangan Global
Sebagai delegasi, Thiyas tidak sekadar mewakili UIN Walisongo, melainkan juga membawa pengalaman khas Indonesia yang kaya akan praktik toleransi berbasis budaya lokal. “Agama yang dijalankan dengan penuh kasih sayang dan empati, serta menghargai tradisi lokal, mampu menciptakan ruang perjumpaan yang setara bagi semua,” ungkapnya

Dalam sesi pembukaan, para pembicara kunci menyampaikan bahwa kasih sayang dan empati merupakan fondasi penting bagi transformasi sosial. Agama, bila dipraktikkan dengan penuh cinta, mampu menjadi perekat dalam masyarakat yang majemuk. Pesan ini sejalan dengan visi UIN Walisongo yang menjadikan moderasi beragama sebagai pijakan utama pendidikan dan penelitian.
Meskipun hadir sebagai peserta, Thiyas memanfaatkan forum ini untuk menyerap ide-ide baru sekaligus memperkenalkan model pendekatan budaya dalam membangun toleransi beragama yang telah berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah.
Bagi Thiyas, keterlibatan dalam Simposium ASAI dan Konferensi Internasional memiliki makna ganda. Secara personal, ia memperoleh wawasan baru dan memperluas perspektif dalam memahami peran agama di tengah kompleksitas dunia modern. Secara institusional, partisipasi ini memperkuat citra UIN Walisongo sebagai kampus yang aktif dalam forum akademik global.
Ia menegaskan bahwa ke depan, Prodi SAA UIN Walisongo akan terus mendorong lebih banyak dosen dan mahasiswa untuk berpartisipasi dalam agenda akademik internasional. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan, riset, dan pengabdian masyarakat yang relevan dengan isu-isu global.
Kegiatan ini membuktikan bahwa meskipun hadir sebagai peserta, peran aktif dalam diskusi, jejaring, dan pertukaran gagasan mampu membawa manfaat besar, baik bagi pengembangan pribadi maupun bagi institusi. Lebih dari itu, pesan cinta dan kemanusiaan yang digaungkan dalam forum ini sejalan dengan misi besar UIN Walisongo untuk membumikan nilai-nilai moderasi beragama yang berakar pada kasih sayang dan empati.
Dengan modal pengetahuan, jejaring, dan semangat yang dibawa pulang dari Yogyakarta, diharapkan langkah-langkah nyata untuk memperkuat dialog lintas iman akan semakin terasa dampaknya, tidak hanya di lingkungan akademik, tetapi juga di tengah masyarakat luas.