FUHum.news – Jurusan Ilmu Seni dan Arsitektur Islam (ISAI) Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHum) UIN Walisongo kembali akan memamerkan karya-karya terbaiknya pada Rabu 18 Juni 2021 mulai pukul 09.00 WIB.
Bertempat di Galeri-Studio Nusantara – ISAI, panitia juga akan mengemas acara dengan Ngobrol santai tentang Komik dan Literasi Moderasi Beragama.
Menurut Sekjur ISAI Abdullah Ibnu Thalhah, acara yang akan mengundang para komikus berkelas seperti Kurnia Harta Winata, Aji Prasetyo dan Errik Irwan ini juga sebagai ajang bernostalgia. Simak ulasan lengkapnya:
Bolehlah kita bernostalgia. Bahwa tradisi berkomik (bercerita menggunakan panel-panel gambar bersisian dan berurutan) kita saat ini sangat mungkin berasal dari tradisi berkomik para leluhur di relief-relief Candi-candi Nusantara. Ketika wangsa Syailendra penguasa Jawa-Sumatra yang kaya raya itu membangun candi Budha termegah di Asia dan menjadikan Nusantara sebagai pusat pendidikan dan spiritual Asia pada abad ke-8. Komik-komik di dinding-dinding batu candi itu telah menandai satu periode prestisius pencapaian seni dan arsitektur klasik, ilmu-filsafat dan teknologi, serta representasi keagamaan yang layak diceritakan setiap generasi. Itulah sebagian akar keindonesiaan dan spiritualitas kita sebagai bangsa.
SASTRA
Syair dan tembang. Sastra hidup dalam masyarakat kita dalam bentuk syair tembang dan puji-pujian yang ditembangkan dalam bentuk macapat. Dipraktekan sebagai ritus ibadah sehari-hari, dicatat dalam memori dan kitab-kitab beraksara pegon sebagai tradisi yang hidup selama 5 abad lebih (abad 16 hingga abag 21!)
Kesaksiaan Geertz menarik dicatat “Kita tidak akan pernah mengalami berjalan-jalan di Mojokuto dari ujung ke ujung tanpa mendengar seseorang menyanyikan tembang di salah satu tempat di sepanjang jalan itu.” Tembang macapat selalu dinyanyikan dalam berbagai kesempatan sehari-hari: Saat ibu menidurkan anaknya, saat selamatan atas beragam nikmat, hamil tujuh bulan, anak menjelang usia tujuh hari (aqiqah). Sayangnya hampir tak ada peneliti yang memahami psikologi masyarakat ini, selain memframing sebagai simbolisasi ajaran animisme-Pagan, Hindu-Budha, dan sedikit saja Islam. Ditambah lagi cap oleh sebagian masyarakat muslim ini sebagai bidah.
Mungkin kelemahan kita sebagai muslim sekarang adalah berislam tapi tidak berkonteks dengan kebudayaan Indonesia.
….
Saya dalam akhir tahapan mempersiapkan storyboard/skenario komik “Seni Islam Nusantara dan moderasi beragama”, dengan sejarahnya panjang dengan corak yang beragam. Mengundang sahabat2 komikus yang baik namun “berbahaya” ini: mas Aji Prasetyo, Kurnia Harta Winata, dan Errik Irwan dalam sebuah acara obrolan, sebagai bagian dari riset-riset kecil dalam pembuatan komik. Sebuah penghargaan untuk saya bila ternyata para komikus keren ini juga berkenan memajang karya-karya mereka, dalam sebuah pameran di galeri-studio kampus. Acara ini terbuka untuk umum dengan protokol kesehatan tentunya. Kehadiran dan gagasan yang berkembang dari teman-teman akan menjadi catatan dan menjelma menjadi tafsir visual yang berharga melalui komik. Mari datang, ngopi dan ngomik. (Abdullah Ibnu Thalhah)
Tim Web FUHum