FUHum.news – Minggu kedua semester genap 2019/2020 Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHum) kembali menggelar diskusi rutin dosen pada hari Rabu (12/02/2020). Diskusi dimulai pukul 09.00-12.00 bertempat di ruang Sidang FUHum Kampung 2 UIN Walisongo Semarang.
Pada kesempatan diskusi kali ini disampaikan oleh 4 pemateri, yakni Drs. Nidlomun Ni’am, M.Ag., Abdullah, M.Pd., Dr. Admad Musyafiq, M.Ag., dan Dr. Zainul Adzfar, M.Ag., yang dimoderatori oleh dosen muda Agus Imam Kharomaen, M.Ag.
Pemakalah pertama, Drs. Nidlomun Ni’am, memaparkan tema dengan judul “Strategi Penguatan Moderasi Beragama di Indonesia dan Mesir”. Salah satu dosen senior Fuhum tersebut memaparkan bahwa moderasi beragama di Indonesia dan Mesir perlu dikaji secara mendalam.
“Ribuan tahun yang lalu agama dalam penyebarannya dengan cara damai, oleh karenanya moderasi beragama sebagai sebuah strategi kebudayaan untuk menjaga keutuhan sebuah bangsa dan negara. Selain itu, moderasi beragama juga harus dijalani sebagai sikap yang berimbang,” paparnya.
Melihat potensi tersebut, maka moderasi beragama di Indonesia dan Mesir, terutama peran Kampus PTKIN di Indonesia dan Universitas Al-Azhar di Mesir perlu dilihat perbandingannya secara mendalam.
Pemateri kedua, Abdullah, M.Pd., pada kesempatan tersebut mengangkat tema “Ekspresi Visual Seni Islam: Pembuatan Buku Kartun Komik/Novel Grafis Estetika Seni Islam”.
“Seni merupakan pondasi dasar bagi pendidikan manusia. Oleh karena itu, melalui karya seni ini diharapkan mampu memberikan sebuah sumbangsih baru bagi masyarakat, terlebih pada generasi milenial sekarang ini,” jelasnya.
Pemateri berikutnya, Dr. Ahmad Musyafiq, M.Ag., pada kesempatan kali ini menyampaikan mengenai penanaman nilai-nilai moderasi di Sekolah melalui pembelajaran hadis.
“Perlu diketahui, bahwa penanaman nilai moderasi tidak bisa dilepaskan begitu saja dari pembelajaran hadis di sekolah, karena tidak sedikit hadis yang berpotensi mendorong lahirnya tindakan radikal dan tindakan tersebut kini telah merambah di kalangan remaja,” paparnya.
Pada kesempatan lain, pemateri terkahir, Dr. Zainul Adzfar, M.Ag., menyampaikan mengenai “Hijrah disruptif: Narasi hijrah dan dampaknya bagi masyarakat beresiko”. Munculnya gerakan hijrah, ditandai dengan munculnya kajian-kajian keislaman, baik di pesantren maupun lingkungan kampus.
“Fenomena tersebut juga menjadi tantangan bagi masyarakat beresiko, terlebih dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin menggeliat,” terang kajur Prodi Ilmu Seni dan Arsitektur Islam ini.
Diskusi pada kesempatan kali ditutup dengan makan siang secara bersama-sama. (Ttt/Win)