FUHUM.news – Sepanjang tahun 2019, isu yang menjadi trending topic adalah bahaya sampah plastik. Kampanye untuk mengurangi sampah pun banyak didengungkan di berbagai negara. Beberapa negara telah melakukan diet sampah, terutama plastik.
Sampah kini juga menjadi persoalan serius yang dihadapi Indonesia. Di Indonesia, sampah bukan hanya terjadi di darat, namun sudah melanda wilayah perairan kita, laut, danau, dan sungai-sungai.
Menteri Kelautan dan Perikanan (2014-2019), Susi Pudjiastuti menyebutkan, Indonesia merupakan penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia yang dibuang ke laut. Kini Indonesia bisa dikatakan darurat sampah.
Mencermati fenomena di atas, mahasiswa Jurusan Studi Agama-Agama (SAA) Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHUM) UIN Walisongo Semarang adakan bersih-bersih sampah. Kegiatan ini merupakan salah satu tugas kuliah “Agama dan Lingkungan” sekaligus aksi kepedulian terhadap lingkungan di wilayah Kota Semarang. Kegiatan positif ini dilaksanakan di Pantai Tirang, Tugu, Kota Semarang pada 28 Oktober 2019, yang bertepatan dengan momentum sumpah pemuda.
Thiyas Tono Taufiq, S.Th.I., M.Ag., selaku dosen pengampu mata kuliah sekaligus pembimbing di lapangan menuturkan, bahwa kegiatan tersebut merupakan bentuk kepedulian kita terhadap lingkungan sekaligus mengaplikasikan teori yang telah dipelajari seksama di kelas. Karena teori saja tidak cukup, jika tidak dibarengi aksi nyata.
Salah seorang mahasiswa, Arif Nusa Bintang menanggapi kegiatan ini dengan positif, karena sampah yang di darat dan di laut itu berbeda.” Jika di darat mungkin orang bisa dengan mudah membersihkan, terlebih Kota Semarang khususnya sudah banyak petugas kebersihan kota. Namun sampah tersebut bisa juga terbawa dari darat, kemudian terbawa ke laut. Terlebih jarang orang yang peduli atau tergerak untuk membersihkannya,” tuturnya.
“Sampah yang berhasil kami kumpulkan di Pantai Tirang didominasi botol/kemasan air minum, dengan rincian menurut masing klaster, 1. Botol kemasan minuman (25%), 2. Karet (20%), 3. Styrofoam (18%), 4. Kemasan makanan (15%), 5. Sedotan (10%), 6. Kaca (7%), 7. lain-lain (5%),” tambahnya.
Kegiatan semacam ini ke depannya akan terus dikampanyekan, sekaligus untuk menyongsong UI GreenMetric atau Smart and Green Campus Walisongo. Selain itu, seluruh civitas akademika UIN Walisongo Semarang juga harus tergerak dan peduli terhadap lingkungan di mana ia berada.
Reporter: Thiyas Tono Taufiq
Editor: Winarto