Imam Mawardi, Mahasiswa Pertama FUHum UIN Walisongo Sukses Lulus Tanpa Skripsi

Para Penguji sidang: Ketua Sidang Sukendar, M.Ag., M.A., Ph.D., Sektretaris Sidang: Sri Rejeki, M.Si., Penguji I, Moch Maola Nasty Gansehawa, M.A, dan Penguji II Muhammad Faiq, M.A., munaqasah artikel jurnal Imam Mawardi, Rabu (6/11/2023)

FUHum.news – Skripsi biasanya menjadi syarat wajib kelulusan mahasiswa jenjang Sarjana. Namun, saat ini di Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHum) UIN Walisongo Semarang, skripsi tidak lagi menjadi satu-satunya opsi bagi mahasiswa semester akhir untuk meraih gelar Sarjana. Alternatif lain yang dapat dipilih oleh mahasiswa adalah menciptakan prototype, menghasilkan produk, atau mempublikasikan karya ilmiah pada jurnal nasional yang memiliki akreditasi setidaknya SINTA 3, atau bahkan pada jurnal internasional bereputasi.

Imam Mawardi, salah seorang mahasiswa dari Prodi Studi Agama-Agama (SAA) angkatan 2020, berhasil menyelesaikan studinya dengan sukses melalui publikasi hasil penelitiannya, tanpa menggunakan skripsi. Imam, sapaan akrab akrabnya, mahasiswa asal dari Lamongan, Jawa Timur dapat menyelesaikan studinya selama 3 tahun 3 bulan setelah sukses melaksanakan ujian munaqasah, Rabu (6/11/2023).

Imam Mawardi, mahasiswa SAA angkatan 2020 yang pertama lulus dengan artikel jurnal
Imam Mawardi, mahasiswa Studi Agama-Agama angkatan 2020 yang pertama lulus dengan artikel jurnal

Imam, mempublikasikan artikelnya di jurnal nasional terakreditasi SINTA 2. Artikel utama hasil penelitian ilmiah dimuat di Jurnal Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya (SINTA 2) dengan judul “Tretan Muslim Dark Jokes: A Critical Study on Summon Podcast Content”. Selain itu, ia juga telah menerbitkan artikel ilmiah di jurnal yang berjudul “The Taliban Politics of Violence in Afghanistan: A Weberian Historical Sosiological Perspective” di Jurnal Tapis: Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam (SINTA 3).

Screenshot halaman depan artikel jurnal Imam Mawardi yang terbit di WAWASAN: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya Akreditasi Sinta 2

Menurut Imam, proses publikasi artikel pada jurnal ilmiah sama sulitnya dengan membuat Skripsi, hal itu dikarenakan membutuhkan kesabaran dan ketelatenan yang harus dilewati dengan baik. Bahkan proses penerbitan juga tidak mudah, apalagi SINTA 2.

“Saya belajar banyak hal dari dosen tentang cara dan trik tembus Jurnal nasional bereputasi. Hal itulah yang menginspirasi saya untuk bisa meniru, ditambah saya mendengar kabar bahwa bisa lulus tanpa harus dengan Skripsi”, tutur Imam. Ia berharap apa yang diraihnya dapat menginspirasi mahasiswa lainnya untuk dapat menempuh tugas akhir dengan kualitas penelitian baik dan dapat lulus tepat waktu.

Menurut Kaprodi SAA, Sukendar, M.Ag., M.A., Ph.D. menuturkan bahwa kebijakan ini merupakan bagian dari upaya percepatan kelulusan mahasiswa, dan mahasiswa juga sudah dibekali dengan keterampilan menulis di Jurnal ilmiah. “Kebijakan tugas akhir ini tidak hanya menguntungkan mahasiswa, tapi juga institusi. Ia berharap ujian tugas akhir dengan Jurnal lmiah ini akan diikuti oleh mahasiswa lainnya, khususnya Prodi SAA”, terangnya.

Sementara itu, Thiyas Tono Taufiq, S.Th.I., M.Ag., sebagai dosen pembimbing tugas akhir, mengapresiasi terhadap pelaksanaan program ini. Ia mengungkapkan bahwa kebijakan ini sebagai suatu kesempatan dan tantangan, sekaligus memberikan manfaat besar yang dapat diperoleh dari program pengganti skripsi ini.

“Hadirnya program pengganti skripsi setidaknya akan memberikan beberapa manfaat, diantaranya: pertama, bahwa penyusunan karya tulis ilmiah (artikel jurnal) sebagai tugas akhir akan menjadi paperless, sehingga ramah lingkungan.  Kedua, akan menjadi budaya akademik yang baik untuk dilanjutkan dan bernilai positif. Hal ini dikarenakan tradisi publikasi ilmiah dapat membuahkan kesadaran dan kecakapan mahasiswa dalam menulis artikel ilmiah yang baik sekaligus berdampak luas. Ketiga, memiliki track record yang positif dan dapat membangun reputasi yang baik bagi mahasiswa seklaigus institusi”, tuturnya.

Penguji I, Moch Maola Nasty Gansehawa, S.Psi., M.A. juga mengapreasiasi mahasiswanya apalagi Imam sudah memiliki 2 publikasi di Jurnal. Akan tetapi, perlu adanya regulasi untuk lebih menyeragamkan SOP (Standart Operating Procedure) mekanisme lulus jalur non-skripsi. Mahasiswa yang ingin lulus jalur jurnal ilmiah harus persiapan paling tidak di semester 5.

Senada dengan Penguji II, Muhammad Faiq, M.A., ia menilai bahwa artikel Jurnal bisa jadi opsi lain selain skripsi, tetapi tanpa harus menghilangkan skripsi. Mahasiswa jadi banyak pilihan, meskipun ada plus minus masing-masing.

“Penyusunan skripsi tergantung pribadi masing-masing, asal rajin bisa dikebut cepat jadi. Kalau Jurnal, ada proses submit, review, editing, maka bisa menunggu lebih lama dan belum jelas kapan terbitnya. Tapi, dengan jurnal, mahasiswa bisa menyiapkan jauh hari, meski baru semester awal, paling tidak sejak semester 3 misalnya, karena belum ada juknis apakah publikasi jurnal menunggu setelah semster 6 atau kapan belum jelas. Hal ini yang perlu ada standar operasional yang tepat dan jelas”, terang Faiq.

Faiq menambahkan, secara ilmiah, kualitasnya antara jurnal dan skripsi pun sama. “Argumentasi Imam Mawardi juga bagus dan bisa mempertanggungjawabkan karyanya. Selain itu juga salut, karyanya sudah ada beberapa diterbitkan di Jurnal ilmiah, dan apalagi dia juga menerbitkan artikel tersebut dengan mengikuti konferensi internasional di tahun yang sama”, pungkasnya.

Penulis: Thiyas Tono Taufiq

Editor: Winarto

HUMAS FUHum

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *